//DIANrain

السلام عليكم
Hey ! Good days to you!


السلام عليكم Welcome to my journal . You've stuck in my unprivate diary. ABOUT ME?? I am who I am?? haha !!I am childish... Can be quite shy too ^▵^ I think I can be a friendly person, so we can be a good friend. Nice to meet you♣ Hope you like my online diarys♥ Wish you enjoyed my blogger♣ Follow if you like me (>.<) Have a nice day, guys! Thank you for visit my blog and being my reader...

Status : I am just simple girl with smile in every Rain!♥I Love Rain, because there's always a Rainbow after every Rain.


Click here



WARNING.!!
I'm Sorry...


Right click aren't allowed here.
Please click CTRL+C to copy and CTRL+V to past.
Thanks a lot!❤
Tagboard
Rainbow after Rain


Like Rain Like Rainbow


Credits

Basecode: Nadya.
Full edit: SitiSyuhadah
Re-Edit by: Me


Rain's friendship














I love clouds and pretty raindrops

My Favourite Site


Click Here => | VivaLapasatu | TUMBLR |
27

          “Lala....!!!! Hari ini kau janji akan mencari refrensi di perpustakaan bersamaku. Tapi kenapa kau justru bersantai, menikmati ice cream mu?” seru Axel sembari meletakkan sebuah tumpukan buku yang dari tadi dibawanya, ke atas meja kantin. Mengetahui bahwa Lala tidak menggubris tegurannya, Axel meraih sesendok ice cream dari tangan lala. Axel melahapnya sebelum Lala memakannya. “Hey, itu sesendok iccream terakhirku dan kau telah memakannya!” “Hahaha... Baguslah. Sekarang kita bisa segera ke perpus sebelum jam istirahat selesai”
***
          Yolanda berteman dengan Axel sejak dua tahun lalu, saat mereka duduk di bangku kelas dua SMP. Sebuah pertemuan tak terduga antara Yolanda dan Axel terjadi di hari pertama sekolah, tepatnya pada tanggal 27 Juli. Hari itu menjadi hari yang menyebalkan untuk Lala, nama kecil Yolanda. Ketika itu Yolanda merupakan anak baru di sekolah Axel. Sebelumnya, Yolanda bertengkar hebat dengan sang mama karena ia tak ingin berpisah dengan teman-temannya di sekolahnya dahulu. Namun pekerjaan sang ayah lah yang menuntut mereka untuk pindah.
          Sejak pagi Yolanda tak bertegur sapa dengan sang mamah. Hingga saat Yolanda berkenalan dengan Axel pun ia belum sempat menelfon mamanya untuk meminta maaf. “Apa kau baik-baik saja?” Terdengar suara seseorang dari punggung Yolanda, segera ia berbalik dan mencari tahu, siapa dia? “Perkenalkan, aku Axel. Kau pasti Yolanda anak baru itu kan?” “Ya” jawab Yolanda singkat. “Lantas apa yang terjadi? Mengapa kau menangis? Apa semua baik-baik saja?” kata Axel penasaran. Yolanda ragu bila harus bercerita tentang masalah pribadinya pada orang lain, termasuk orang yang baru dikenalnya. “Ini, pakailah untuk mengusap air matamu!” Axel menyodorkan saputangan miliknya pada Yolanda. Kebaikan hati Axel membuat Yolanda percaya untuk meluapkan segala keluhan hatinya. “Tenanglah, tak perlu dikhawatirkan lagi. Hapus air matamu! Telfonlah mamamu di rumah dan meminta maaflah. Ia pasti mengkhawatirkan keadaanmu di sekolah barumu ini.” “Terimakasih ya Axel. Kau memang baik” sejak saat itu, tanggal 27 selalu menjadi tanggal istimewa bagi Yolanda dan Axel. Hingga saat ini, mereka bedua masih menunggu-nunggu datangnya tanggal special mereka berdua. Dan bila tanggal 27 di setiap bulan tiba, selalu ada peristiwa berharga di antara mereka.
          Termasuk saat Yolanda dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya karena penyakit demam berdarah. Saat Axel dan Yolanda bertengkar hebat namun hanya berlangsung sepuluh menit, saat Axel memberi hadiah atas kemenangan Yolanda di olimpiade fisika, bahkan saat mereka berdua bertarung bermain play station. Semua kejadian tak terlupakan itu dialami sepasang sahabat ini di tanggal 27.
          ***

          Awan gelap nampak memayungi kompleks perumahan Yolanda dan Axel. Rumah Yolanda hanya berjarak tiga rumah dari rumah Axel. Ini yang membuat Axel sering berkunjung ke rumah Yolanda. Seperti hari ini, “ Axel hari ini tanggal 27, apa kau ingat?” “Ya... Tentu saja aku ingat.” “Apa yang akan kit lakukan hari ini?” Axel menatap mata Yolanda, berusaha memikirkan apa jawaban yang pantas untuk pertanyaan Yolanda. “Hemm.... Entahlah. Di luar huja cukup deras. Tak ada yang bisa kita lakukan selain...... Hey! Ayo ikut aku.” Axel menarik tangan Yolanda, ia mengajaknya untuk keluar rumah dan menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi tubuh mereka. Axel menggenggam tangan Yolanda dengan erat. Senyum ceria tersungging di bibir manis Yolanda. Mereka bermain air berama, saling menyiramkan air hujan satu sama lain. Berlari, tertawa lepas tanpa memperdulikan waktu. Yolanda memanggil sang ibu untuk meminta tolong mengambil beberapa pose di bawah hujan bersama Axel. Momen tersebut menjadi momen yang patut diabadikan.
          ***
          “Gubraaaaakk.......!” Yolanda membanting pintu kamar dan menguncinya. Ia tak mau membiarkan seorangpun datang menghampirinya. “Lala maafkan aku. Aku tak bermaksud membohongi ataupun mengkhianatimu. Sungguh aku tak ingin semua ini terjadi. Tapi aku harus ikut dengan ayah! Lala, tolong bukakan pintunya. Izinkan aku untuk menjelaskannya sebelum aku pergi.” Yolanda memang keras kepala. Ia tak mau memberi waktu pada Axel, ia bahkan melempar fotonya saat ia dan Axel tengah makan ice cream berdua. Hati Yolanda seakan tercabik-cabik, ia merasa dibohongi oleh sahabat karibnya sendiri. Namun kali ini Axel tak punya pilihan. Ia harus meninggalkan Yolanda untuk menuju bandara. Dua jam lagi pesawatnya akan lepas landas. Sebelumnya, Axel menyelipkan sebuah surat di bawah pintu Yolanda. Yolanda menahan air matanya, agar ia bisa membaca surat dari Axel. Surat itu berisi:
          “Maafkan aku, Lala. Aku tak bermaksud meninggalkanmu. Aku terpaksa ikut dengan keluargaku ke Paris, kami akan menetap di sana. Aku tak akan melupakanmu. Setiap libur panjang, aku akan kembali ke Indonesia. Kita akan menghabiskan waktu sepanjang hari bersama-sama. Hanya kita berdua, aku dan kamu! Aku janji. Bila kau mengizinkan, aku akan membawamu ke suatu tempat, sebelum pesawatku lepas landas dua jam lagi.”
          Yolanda berteriak lewat jendela kamarnya, berharap langkah kaki Axel akan berhenti sebelum ia keluar pagar. Segera ia berlari menghampiri Axel, memeluknya dengan sejuta air mata yang mengalir. “Maafkan aku Lala, maafkan aku! Maafkan aku yang telah merusak tanggal spesialmu hari ini. Aku yakin, ini adalah tanggal 27 terburuk selama kau mengenalku. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat, sebagai permohonan maafku. Maukah kau?” Yolanda tak dapat berkata, hanya anggukan kepala atas jawaban ya.
          Axel segera membimbing Yolanda ke suatu tempat. Menaiki bukit, melewati pepohonan yang rindang, dan di situlah mereka berhenti. Tepat di puncak bukit. Tak seorangpun pernah ke sana kecuali mereka berdua. Pemandangan indah terpajang di hadapan mereka. Menikmati pergnya sang surya dari singgah sananya. Mereka duduk tepat di bawah pohon yang paling rindang di antara semuanya. Di pohon itu terukir nama Yolanda dan Axel. Sebagai saksi bisu bahwa persahabatan mereka akan abadi selamanya. Menjadikan angka 27 sebagai tanggal spesial, dan semua kenangan sebagai ingatan.

Label:



Older Post | Newer Post