//DIANrain

السلام عليكم
Hey ! Good days to you!


السلام عليكم Welcome to my journal . You've stuck in my unprivate diary. ABOUT ME?? I am who I am?? haha !!I am childish... Can be quite shy too ^▵^ I think I can be a friendly person, so we can be a good friend. Nice to meet you♣ Hope you like my online diarys♥ Wish you enjoyed my blogger♣ Follow if you like me (>.<) Have a nice day, guys! Thank you for visit my blog and being my reader...

Status : I am just simple girl with smile in every Rain!♥I Love Rain, because there's always a Rainbow after every Rain.


Click here



WARNING.!!
I'm Sorry...


Right click aren't allowed here.
Please click CTRL+C to copy and CTRL+V to past.
Thanks a lot!❤
Tagboard
Rainbow after Rain


Like Rain Like Rainbow


Credits

Basecode: Nadya.
Full edit: SitiSyuhadah
Re-Edit by: Me


Rain's friendship














I love clouds and pretty raindrops

My Favourite Site


Click Here => | VivaLapasatu | TUMBLR |
Entah ini cerpen ke berapa yang pernah aku buat, dan entah judulnya apaan

          Dokter pribadi ayah berlutut di hadapanku, yang terduduk lemah di kursi rodaku. Mendengarkan setiap kata yang sanggup kudengar. Meski kutau apa yang akan ku dengar. Angin seakan mengerti akan rasa takutku. Ketakutan akan rasa sakitku. Menghempaskan dedaunan yang gugur. Merasuk ke sela sela baju pasien yang kupakai. Ku gosok-gosokkan kedua telapak tangan ini. Berharap dingin takkan mengganggu tubuhku yang rapuh. Ayah berdiri di belakangku. Merangkul tubuh lemah sang putrid semata wayang. Mencoba mengurangi rasa takutku. Dokter nampak ragu. Ia tak sanggup mengucap apa yang seharusnya ia ucap. Meski ia harus menyampaikannya padaku. Seketika tubuh ini semakin melemah. Kenyataan pahit yang dokter katakan, terlalu pahit untukku. Darah segar menetes dengan anggun di hidungku. Ayah berusaha tegar. Meski ku tau tangisnya tak sanggup dibendung ladi. Ayah lalu mengusap hidungku dengan lembut. Bercak darah menempel di kemeja putihnya.
          Aku berlari tak tentu arah. Tak tau akan ke mana kaki ini melangkah. Tanpa memperdulikan kondisiku. Berlari sekencang mungkin. Pergi menjauh dari kekacauan yang ada. Mencari keteduhan hati. Satu persatu butiran indah itu mengguyur tubuh ini. Menemani langkah kaki yang mulai melemah. Menggigil saat hati ini terbakar. Menangis saat tubuh ini melemah. Berteriak tak menghiraukan hujan. Terjatuh tanpa sadar. Sirine ambulan sayup-sayup kudengar. Pandangan mulai buram lalu gelap seketika. Aku tertidur di dalam sakitku.
          Dalam tidurku, aku bertemu dengan bunda. Jubah putih yang ia kenakan membuatnya tampak lebih anggun. Bunda membelai halus rambut panjangku. Memelukku di atas pangkuannya. Wajah ayunya nampak berseri, bahagia.


Bunda…
Bagaimana kabar bunda di surga?
Aku sangat merindukan bunda.
Begitu juga dengan ayah.
Bunda, saat ini ayah tengah mengkhawatirkanku.
Bunda tau kan bagaimana kondisiku kini?
Kenyataan pahit harus kudapat dari dokter pribadi ayah.
Ia bilang aku tak bisa berthana lebih lama lagi.
aku akan menyusul bunda di surga.
Bunda, sejujurnya aku sangat takut akan sakitku ini.
Aku takut bila nanti aku pergi, ayah akan sendiri di dunia ini.
Aku takut kepergianku nanti akan membuat semua orang yang kusayang bersedih.
Aku tak ingin ada tangis di kepergianku, bunda.

         
          Bunda tak menjawab satupun pertanyaanku. Ia hanya tersenyum dan menggandeng tanganku. Ia membimbingku menuju sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan mata.

Bunda kita mau ke mana? Kita mau ke surga ya?

Bunda melepas genggamannya dari tanganku. Bunda perlahan menghilang saat sayup ku dengar ayah memanggil namaku. Ku coba membuka mata meski berat. Infus menancap di pergelangan tanganku. Mengirim cairan ke dalam nadiku. Mata ayah nampak sembab. Ia menggenggam tanganku. Sepertinya aku kembali membuatnya khawatir. Kuusap air matanya dan tersenyum. Sejenak kulupakan sakitku. Agar aku bisa menyembunyikan rasa sakit ini.
“I love you, Daddy!”

Hanya kata itu yang sanggup kuucap sebelum nafasku terhenti.

Tuhan…
Jika memang waktuku tlah habis, izinkan aku bertemu dengan semua orang yang kusayang.
Biarkan aku melihat tawa mereka sebelum nafas ini kau ambil.
Aku tak ingin merasa sepi di dalam sunyiku.
Aku tak ingin merasa sendiri di tengah heningku.
Aku tak ingin mereka hanyut di dalam sakitku.
Tuhan..
Yang ku ingin mereka tetap tertawa lepas,
Tanpa mengingat bahwa aku tlah tiada

         
          Tuhan tlah mendengar doaku. Aku bisa berkumpul di tengah mereka yang kusayang. Bahkan mereka turut mengantarku pergi. Satu persatu mereka memberiku mawar putih. Meletakkannya di dekat batu nisanku. Bunga yang slama ini kukagumi akan kesucian putihnya. Sama sepertiku, yang terlahir dalam keadaan suci dan Tuhan memanggilku disaat aku berada dalam kesucian. Kesucian cinta dari mereka yang kusayang. Kemurnian doa yang tulus mereka berikan. Tak ada yang menangis di hari kepergianku. Mereka tersenyum tulus mengantarku pergi. Karena mereka berjanji takkan ada tangis di hari pemakamanku….

Label:



Older Post | Newer Post