//DIANrain

السلام عليكم
Hey ! Good days to you!


السلام عليكم Welcome to my journal . You've stuck in my unprivate diary. ABOUT ME?? I am who I am?? haha !!I am childish... Can be quite shy too ^▵^ I think I can be a friendly person, so we can be a good friend. Nice to meet you♣ Hope you like my online diarys♥ Wish you enjoyed my blogger♣ Follow if you like me (>.<) Have a nice day, guys! Thank you for visit my blog and being my reader...

Status : I am just simple girl with smile in every Rain!♥I Love Rain, because there's always a Rainbow after every Rain.


Click here



WARNING.!!
I'm Sorry...


Right click aren't allowed here.
Please click CTRL+C to copy and CTRL+V to past.
Thanks a lot!❤
Tagboard
Rainbow after Rain


Like Rain Like Rainbow


Credits

Basecode: Nadya.
Full edit: SitiSyuhadah
Re-Edit by: Me


Rain's friendship














I love clouds and pretty raindrops

My Favourite Site


Click Here => | VivaLapasatu | TUMBLR |
Apa ini yang disebut Galau??




“Amarah itu mematikan hati & melukai, menutup maaf, & menciptakan benci”
 
Sekiranya itulah salah satu kutipan novel yang menjadi lukisan tentang perasaanku saat ini. Amarah dan kecewa yang berkecamuk. Membakar hati dan fikiranku. membuatku tak bisa berfikir jernih. Tak seharusnya aku marah! Aku hanya perlu memahami karakter yang ia perankan.  Sebelum aku bisa hidup dengannya, aku harus hidup dengan diriku sendiri. Menaklukan amarah yang bisa saja muncul seketika itu juga. Musuh terbesarku adalah amarah. Jika aku bisa menghilangkannya, maka aku juga bisa memahaminya. Dan aku juga bisa berdampingan dengannya. Sungguh keadaan yang tragis, padahal aku sangat menyukai hal-hal romantic. Itu sebabnya aku membenci amarah. Aku bukanlah sesosok wanita yang pemarah. Aku selalu gagal mengendalikan amarah. Itu sebabnya mereka kira aku pemarah. Aku dan dia adalah karakter yang dikendalikan sang Narator. Satu hal yang menjadi teka-teki. Mengapa sang Narator mempertemukan karakter kita yang sungguh jelas berlawanan? Yang dinamakan berlawanan pastilah berbeda. Sulit untuk disatukan. Harus ada salah satu karakter yang mengalah. Dan itu selalu aku. Aku tak mau menggunakan amarahku sebagai senjata. Aku masih terus berusaha memahami karaktermu. Kisah ini terasa semakin berat. Suatu saat hidup akan mengikis segala sesuatu yang memilih diam. Akankah aku turut terkikis olehnya? Sementara aku tak tega bila harus memarahinya. Mungkin sebenarnya watak kita sama. Ya, sama-sama Keras. Tapi menurutku dia lebih egois dibanding aku. Itu yang terlihat dari kaca mataku. Dari sudut pandangku. Aku tak boleh menghakiminya. Aku juga harus melihatnya dari sisi yang berbeda. Siapapun di sana, beri aku solusi! Untuk saat ini, aku butuh pendengar yang baik.


Older Post | Newer Post